Untuk Kalian Yang Suka Mempertanyakan Kapan Takdir Tiba

19 Nanti, tepat 7 bulan pernikahanku. Banyak hal baru yang sering membuatku kaget. Sebelum menikah, aku punya niat untuk tidak menulis perasaan dan pikiran di blog ini yang menyangkut pernikahanku. Cukup aku dan Tuhan yang tau roller coaster pernikahanku seperti apa, dan  semesta cukup tau bahwa aku dan suami bahagia. Sebab nyatanya demikian.

Hingga kemarin pagi, saat menghadiri walimatul ‘ursy tetanggaku. Aku terusik dengan sebuah pertanyaan sekaligus pernyataan yang selalu tertuju kepadaku dari 3 hari pertama menikah. Awalnya, pertanyaan itu masih merdu terdengar. Bulan kedua, masih bersahabat di gendang telingaku. Bulan ketiga hingga sebelum Minggu pagi (14/02/2016), aku semakin cuek menghadapinya. Kalau lagi mood cukup kujawab “mohon doanya”. Sedangkan kalau lagi badmood, hanya kujawab dengan senyum formal. Sering aku bercerita kepada suamiku tentang pertanyaan itu yang semakin lama kubiarkan, semakin mengganggu di telinga dan bahkan sampai ke hati. Namun suami selalu menenangkanku. Sikap suami yang menguatkanku, dan menjaga kebahagiaan hidup kami yang tak terusik dengan pertanyaan tersebut.

Sampai ketika muncul pertanyaan yang senada dan pernyataan yang beraroma kata kerja perintah. Yang akhirnya mengusikku sedikit Minggu pagiku yang cerah. Keinginan kuat untuk sharing di blog pun muncul. Sengaja kuendapkan tulisan ini beberapa malam. Namun, aku ingin membuka mata siapa saja yang membaca blog ini. Ingin meminta agar mereka sedikit empati akan kondisi orang lain.

“Siapa nih yang bakal hamil duluan? Ayo dong buruan! Lomba dan balap untuk segera punya momongan!” Kurang lebih begitulah kalimat yang kudengar Minggu pagi. Beberapa orang menyatakan hal serupa kepadaku dan kepada pengantin perempuan tersebut. Biasanya hanya kurespon “mohon doanya”, atau tersenyum kecut. Namun, pagi itu aku ingin jujur dan ingin panjang lebar.

“Lomba? Memangnya Lomba makan kerupuk. Dikira lagi 17an? Maaf ya bu, percaya sam takdir gak? Jodoh, rezeki, momongan, dan maut, itu takdir Allah. Semua kuasa-Nya. Gak ada yang harus dipercepat atau diperlambat, kalau memang sudah waktunya. Tau gak bu? Kalimat ibu tadi mengganggu saya pribadi. Sekarang saya tanya balik, “kapan ibu mati? Ayo bu buruan mati. Lomba mati dengan saya.” Gimana perasaan ibu kalau orang sering bertanya seperti itu?

“Loh kok mati sih? Amit-amit deh mati sekarang. Lagipula mana saya tau kapan saya mati. Bahkan ada yang koma bertahun-tahun, karena takdirnya belum mati, jadi hidup lagi. Itu kan takdir, hanya Tuhan yang tau.”

“Nah! Di situ bu poinnya. Ibu sadar dan paham betul. Tapi kenapa ibu masih saja mempertanyakan takdir yabg tidak bisa dipercepat atau diperlambat oleh manusia? Bukankah kematian dan keturunan merupakan rahasia besar kehidupan yang hanya Allah saja yang tau. Seharusnnya ibu mendoakan kami agar diberi keturunan yang shaleh(ah), kalaupun belum tiba waktunya, ibu seharusnya menyemangati kami dan menguatkan kesabaran kami. Bukan dengan disuruh lomba. Menikah dan memiliki anak itu bukan sebuah ajang perlombaan bu.”

Akhirnya suasana hening, dan aku pergi setelah berpamitan dengan pengantin perempuan. Meninggalkan ibu itu yang sekarang wajahnya dibaluti rasa bersalah. Mungkin dia sedang menyesali pertanyaannya yang selama ini hanya kujawab dengan senyum kecut. Tapi tidak untuk Minggu pagi itu.

Biasanya pertanyaan senada yang selalu menanyakan kapan takdir itu datang, dilontarkan oleh mereka yang gak tau mau bicara apa. Hanya sekedar basa basi yang basi. Hanya karena gak punya pembahasan lain. Mungkin Rasulullaah shallallaahu ‘alayhi wa sallam memerintahkan kita untuk diam jika tidak bisa berkata yang baik, salah satunya untuk menghindari pertanyaan atau pernyataan yang (menurutku) banyak mudharatnya.

Siapa yang tidak ingin menikah? Siapa yang tidak ingin memiliki keturunan? Siapa yang tidak ingin memiliki rezeki dan hidup mapan? Siapa yang tidak ingin mati dalam husnul khatimah? Semua orang pasti mau. Tolong jangan bertanya kapan. Sebab jawabannya hanya ada di ujung langit.

Kami yang masih mengusahakan dan menanti takdir, butuh doa dan ketenangan batin. Pertanyaan tersebut sama saja seperti gencatan senjata. Tolong untuk siapapun. Jangan pernah menanyakan yang bahkan dirimu sendiri tak pernah tau jawabannya. Berempati dan hargailah usaha dan perasaan kami. Aku saja yang mau 7 bulan menikah, menjadi sedih dan merasa stress. Bagaimana dengan yang sudah bertahun-tahun dalam penantiannya? Tolong pikirkan perasaan yang lain. Jangan membuat kami menjadi patah arang dengan pertanyaan takdirmu. Apakah kalian ingin menjadi penyebab kami mengkufurkan nikmat Allah dan menjadi penyebab kami menyalahkan takdir Tuhan? Kami sudah terlalu lelah dengan usaha dan doa dalam penantian. Tak usahlah bertanya kapan dan yang sering berujung sebagai nada menyalahkan akan takdir yang belum tiba. Cukup doakan kami dan berikan kekuatan agar kami diberi kesabaran. Itu jika memang kalian benar-benar peduli. Toh jika telah tiba waktunya, kami pun akan berbagi kabar dengan kalian. Tak akan kami sembunyikan. sekian.

(Selasa, 16 Februari 2016)

3 thoughts on “Untuk Kalian Yang Suka Mempertanyakan Kapan Takdir Tiba

  1. Serius percakapan ini terjadi??? 😂😂😂
    Baru 7 bulan ya Lik.. Belum jalan 4 tahun kayak saya.. 😁😁😁
    Sampe udah di taraf pasrah saya mah.. Pertanyaan-pertanyaan semacam itu akhirnya memang ngga saya gubris lagi.. Karena pertanyaan itu jarang datang dari mereka yang memang benar-benar peduli..

    Jangan sampe stres ya Lika.. Kadang karunia datang justru ketika kita tidak ‘tampak memaksa’.. 😊😊😊

    • Serius teh. Pas di walimahannya teh ida. Teh ida aja sampai diam ngeliat aku yg ceramah kultum. Hahaha. Toh penantian jodoh aja, berakhir saat kita benar2 pasrah tanpa memaksa. Karena di saat itulah Tuhan menganggap kita sudah siap untuk menerima karunia-Nya. Tapi pagi itu, sensasi di telingaku beda rasanya. Sedih banget. Rasanya kaya bukan perempuan. Hidup yang selama ini kujalani, gak ada gunanya. Mungkin efek begadang kemarinnya. Curhat ke Allah sudah, curhat ke suami sudah, curhat ke mamah juga sudah. Tapi masih ada yang ganjal. Jadi deh tulisan ini ada. Niatnya agar mereka yang masih sering nanya “kapan” akan takdir orang lain, biar tau. Mungkin selama ini mereka gak sadar pertanyaan itu menganggu orang yang ditanya. Alhamdulillaah dikaruniai suami yg bageur. Menenangkan banget. Hehe. teteh juga semangat yaa. Kadang kita terlalu fokus meminta anak yg Allah titipkan dari rahim kita. Manusiawi. Tapi kita kadang melupakan bahwa di sekitar kita ada anak2 yg Allah titipkan bukan dari rahim kita. Mereka butuh kasih sayang dan perhatian dari kita. *pelukteteh*

  2. Iya ya Lik.. Orang mah suka bertanya tanpa merenung dulu, tanpa berpikir dulu.. Padahal ya dia paham dan udah tahu banget jawaban untuk setiap pertanyaannya.. Tapi atas nama basa basi, jadinya malah menyakiti..

    Insya Allah, Lik.. Saling menguatkan dan memberi semangat yaa..
    *peluklika*

Leave a comment