Pesona Abadi Yang Menjelma: Perempuan

Padahal tugas pra-UTS menumpuk. Jurnal Kimia Lingkungan harus diterjemahkan dan wajib hand writing. Jari-jariku rasanya remuk. Jenuh banget. Ini tugas lama banget beresnya. Seperti biasa. Blog itu salah satu tempat pelarian favorit saat deadline tugas mengejarku.

  “Entahlah apa yang terjadi!” Mungkin itu adalah kalimat khas yang selalu dilontarkan sang Raja Persia, setiap ingin memulai cerita tentang keresahan terhadap kondisi kerajaan tempatnya lahir. Entahlah itu hanya sekedar retorika, atau sebuah efek dari rasa pesimis yang kadang menderanya. Eh, kalau engkau membaca tulisanku ini, jangan GR dulu. Jangan senyum-senyum sendiri di depan layar. Tulisan ini tak akan membahas dirimu. Paling hanya ingin meminjam kalimat khasmu tersebut. Mumpung masih gratis, belum daftar hak paten kan? Hyahaha 😀  

Entahlah apa yang terjadi! Dewasa ini aku ingin menulis, meracau, dan berpikir tentang kaumku: Perempuan. Entah aku baru menyadari kodratku sebagai perempuan, atau karena fenomena akhir jaman yang menjadikan kaumku sebagai korbannya. Entahlah. Rasanya banyak kata yang berada dalam setiap syaraf otakku yang berloncat-loncatan. Hobiku akhir-akhir ini mengamati mimik wajah hingga karakter setiap perempuan yang ada di hadapanku. Aku pun selalu terpana akan keindahan khas yang terpancar dari setiap mereka. Perempuan dilahirkan dengan keindahan yang berbeda. Rasanya tak adil, jika membandingkan keindahan yang memiliki ciri khas tersendiri antara satu dengan yang lain.  

Curahan hati ini murni dari lubuk hatiku yang terdalam, setelah mengamati dan mempelajari dari beberapa orang yang kukenal. Mungkin juga, wujud kekagumanku kepada kodrat perempuan. Terlepas dari kenyataan bahwa aku pun seorang perempuan. Terserah mau menyebut ini tulisan yang narsis atau apalah namanya. Yang jelas, aku terjebak dalam Pesona yang Abadi Selamanya: M-U-S-L-I-M-A-H.  

Maha Suci Tuhanku yang telah menciptakan keindahan kepada kaum perempuan. Ibarat mutiara yang memiliki banyak sudut. Setiap sudutnya memancarkan pesona yang berbeda. Keanggunan akhlak yang membuat hati tertawan, sehingga kegelapan beruba kegemilangan jiwa.   Muslimah Shalehah semakin lama kian bertambah keindahan dari perhiasan akhlaknya. Sementara perempuan jelita yang kurang berbudi, kian hari pesonanya pun akan luntur. Wajah polos lagi suci yang bersih dari polesan modern, tanpa kepalsuan. Air muka yang jernih dan sejuk seumpama telaga. Ketulusan selalu terselip di setiap ulas senyumannya.

  Benar adanya. Rasulullaah shallallaahu ‘alayhi wa sallam memberi penekanan khusus pada dien-nya (agama-nya) agar selamat dunia dan akhirat. Perkara bahwa kemudian potongannya good looking, kemapanan ekonomi, serta titisan darah biru, hanyalah dekorasi dari syarat utama: AGAMA.

  Cekcok anak manusia yang berujung pada pembunuhan, bermula dari soal perempuan. Salah seorang dari putra Adam terjebak pesona lahiriah gadis jelita. Dan ia harus membayar perangkap maut tersebut dengan pertumpahan darah. Begitu yang sering kudengar dari guru agamaku ketika SMP.   Na’udzubillaah! Perempuan jelan bukan biang masalah. Justru kekeliruan mencermati pesonanya menjadi awal dari petaka. Tolong catat dan telaah kalimat tersebut!   Hitler tidak harus sampai membunuh massal jutaan Yahudi kalau terhindar dari trauma soal perempuan. Yang pernah kubaca, semasa kecilnya, sang dictator Jerman sakit hati dengan caci maki perempuan kaya teradap ibunya yang tukang cuci. Celakanya, perempuan tersebut berdarah Yahudi dan dendam pun berbuah darah. Andai yaa, kala itu pesona kelurusan hati yang ditebar sang perempuan Yahudi tersebut, barangkali sejarah akan berbeda. Mungkin.

  Lagi-lagi, jika ditanya perempuan di dunia mana yang memiliki hati yang lurus dan akhlak yang mulia? Maka aku akan tetap menjawab sama: K-H-A-D-I-J-A-H binti Khuwailid. Sungguh mulia Khadijah, perempuan yang paham pesona apa yang dibutuhkan oleh seorang pejuang kebenaran sekaliber Nabi Muhammad shallallaahu ‘alayhi wa sallam. Khadijah penuh pengorbanan, begitu tulus tanpa pamrih. Ketika menderita ikut serta sepenuh jiwa. Giliran bahagia, tidak turut merasakan kemenangan. Karena telah wafat.  

Khadijah adalah kekasih sejati yang mencintai Muhammad bukan atas nama harta dan tahta. Kesetiannya teruji oleh penderitaan dan kesengsaraan di awal Islam bermula. Hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia. Hyahaha. Jadi nyanyi 😀   Beliau bukanlah sarjana lulusan perguruan tinggi ternama. Hanya Universitas Perjuangan Amal Dedikasi (UNPAD) yang telah memberinya gelar Summa Cum Laude. Orang memang tidak harus bersekolah tinggi untuk berjiwa besar. Usianya yang lebih tua lima belas tahun dari sang suami, berhasil membuahkan kematangan jiwa. Saat diterjang situasi sulit, sayap kasihnya menyelimutkan kehangatan bagi jiwa Muhammad yang gigil. Ketulusan yang menyingkirkan resah dan gelisah yang menerkam suami tercinta.

  Tidak sekeping pun dari selembar kehidupannya kecuali demi meraih cita-cita tertinggi. Perempuan yang mempersembahkan semua keindahan yang dimilikinya demi cintanya kepada Yang Maha Tinggi. Hingga dirinya tak memiliki apa-apa lagi. jiwa, raga, harta, tahta, bahkan hati telah ia gadaikan di jalan Tuhan. Namun ketulusannya itulah yang menebar pesona, hingga abadi selamanya.

Aku selalu berdecak kagum setiap kali membaca kisah perjalanan Khadijah menemani perjuangan sang suami. Sosok Khadijah menjelma dalam wujud yang telah melahirkan dan membesarkanku dengan gigih. Mama. Mama tak pernah menceritakan secara detail dengan lisan tentang Khadijah binti Khuwailid. Tapi, sikapnya lah yang menjelaskan seperti apa menjadi seorang perempuan di setiap fasenya. Setelah membaca kisah demi kisah Khadijah, aku baru sadar. Bahwa sikap-sikap mama adalah pelajaran bagiku. Sebuah tayangan nyata dari buku yang pernah kubaca tentang sosok Khadijah.   Mama yang bertemu dengan ayah karena keyakinannya yang muncul tanpa alasan. Keyakinan yang muncul di saat kondisi keuangan ayah yang tidak meyakinkan. Yakin dengan seorang lelaki yang putus kuliah. Yang hanya kerja serabutan. Siang jadi tukang parkir, malam kurir layar tancap. Hari ini makan, besok puasa. Keyakinan yang muncul kepada orang yang saat itu terlihat suram dibandingkan dengan beberapa pria yang “terlihat” lebih menjanjikan. Tak ubahnya seperti Khadijah yang memilih Muhammad karena keyakinan. Khadijah yang yakin melihat masa depan Muhammad dari Akhlaknya, bukan dari hartanya.

  Ketika pilihan tersebut telah berhenti pada lelaki yang ia yakini, Khadijah selalu mendoakan suaminya. Begitu pun yang kulihat pada sosok mama. Bukannya meninggalkan ayah yang sedang berjuang untuk mengayuh bahteranya agar tidak tenggelam. Menemani sang suami saat melintasi masa-masa tersulit dalam hidup. Huaaah… semakin aku melanjutkan tulisan ini, semakin rinduku tak tertahankan. Hanya doa yang bisa sedikit mengobati kerinduanku ini. Jarak kita terlalu jauh. Mama nan jauh di Aceh, dan Khadijah yang hanya bisa kutemui di setiap pasukan kata dalam buku ini. Jarak harus bertanggung jawab atas kerinduanku ini. Jika dalam pengadilan, jarak adalah terdakwa atas kasus konspirasi rindu yang menggebu. Baiklah. Akan kuakhiri tulisan ini, sebelum rindu semakin menggerogoti malamku.  

dan aku berkeinginan mencapai tiada yang lain, hanya Yang Maha Tinggi. ~ @hibatunaeem

sebuah keputusan bukan berdasarkan keputus-asaan (-@nishanii22), melainkan karena keyakinan yang terkadang tanpa alasan (-kokoliqo)

——-
oya, malam selasa kemarin ada bintang jatuh dari arah barat ke arah selatan. ba’da maghrib pas lagi ngobrol bareng adik adik nashirat. bintang jatuh mengingatkanku akan mimpi 1tahun yang lalu. persis.
——-
Zeest . Selasa, 7052013. 8.57 pm. Konstalasi Orion.

My Min Jung Ho, Where Are You?

Welcome April! Sampai Jumpa Maret! J Sudah masuk bulan keempat di tahun 2013. Berarti sudah seperempat perjalanan yang telah dilalui pada tahun 2013. Berbagai macam proyek sudah memenuhi buku agenda hingga akhir tahun. Dan aku masih tetap menjadi makhluk malam dengan jam tidur yang tidak seperti orang normal. Hanya 2 jam/ hari. Sedari beberapa tahun yang lalu, aku selalu takut untuk tidur. Takut jika tidak bisa bangun lagi. Sedangkan setumpuk kewajiban dan janji belum terpenuhi. Aku juga merasakan kecemasan, sekonyong-konyong matahari sudah tidak terbit lagi. Ternyata seperti ini yang dirasakan oleh guru bahasa arab ketika aku masih SMP. Saat beliau menceritakan kecemasan itu, aku tak paham apa yang dia cemaskan. Aku merasa guru itu terlalu aneh. Hah! Dan sekarang aku merasakan kecemasan yang dulu sempat kuanggap aneh.

 

 

Well. Sudah sebulan ini aku mengikuti drama korea Jewel In The Palace (JITP). Aku sebenarnya bukan orang yang menyukai Korea-korea-an. Nonton film tersebut karena dari sekian film dini hari, tayangan yang pantas ditonton ya JITP. Selain itu, aku juga penasaran dengan film tersebut. Soalnya waktu SMP dan SMA tak pernah ada waktu untuk mengikutinya. Salah seorang teman SMP pun mengatakan betapa luar biasa kegigihan tokoh utama dalam JITP. Selalu optimis dan tak pernah menyerah sekalipun berbagai tekanan dari semua orang. Kerja kerasnya untuk membuktikan sesuatu yang dia anggap benar, taruhan nyawa pun tak ia hiraukan. Walaupun sebagai manusia normal, Seo Jang Geum, tokoh utamanya, pasti merasakan rasa takut dan cemas, namun ia bisa mengalahkan ketakutannya itu.

 

Pada episode Jang-Geum diasingkan ke sebuah pulau dan statusnya dari dayang kerajaan menjadi Budak, saat itu pula gurunya (dayang utama dapur kerajaan) meninggal dalam perjalanan, mereka difitnah oleh orang-orang yang ingin mendapatkan kedudukan sebagai dayang utama dapur kerajaan, mungkin itu adalah sisi tersedih Jang-Geum. Jang-Geum yang gigih dan tegar, berubah menjadi Jang-Geum yang putus asa dan pesimis. Berkali-kali ia mencoba untuk kabur dari pulau terpencil itu, tapi selalu gagal. Lantas, apakah dia berhenti untuk membuktikan bahwa Dayang Han (guru Jang-Geum) tidak bersalah? TIDAK.

 

Yap. Saat Jang-Geum berada pada titik nadir. Masa-masa tersulit dan didera rasa lelah serta pesimis, datanglah Min Jung Ho seorang panglima muda kerajaan untuk menyelamatkan Jang-Geum dari keputus-asaannya. Jeng Jeeeeeng! 😀 Min Jung Ho sedari dulu selalu melindungi, menemani, dan membantu Jang-Geum. Sebenarnya yaa, Jang-Geum dan Min Jung Ho itu saling menyukai. Tapi yang bikin aku suka dari mereka berdua adalah sikap mereka dalam menghadapi perasaannya itu. Tak ada satu kata Sayang, Cinta, atau pun Suka yang terlontar. Namun sikap mereka yang saling menyemangati dan membantu satu sama lain untuk tetap berjuang merubah keadaan yang ada di kerajaan. Tanpa disadari, Jang-Geum bisa tetap optimis, salah satu faktornya karena Min Jung Ho selalu di sisinya untuk membantu. Meski pun Min Jung Ho sedang ada tugas jauh dari Jang-Geum, Min jung ho selalu mengutus orang kepercayaannya untuk selalu melindungi Jang-Geum.

 

Aku pun jadi berpikir. Mengapa jang-geum dan Min jung ho tidak pernah mengungkapkan perasaan mereka? Analisaku, karena mereka berdua adalah dua orang yang sudah dewasa dalam bersikap. Masalah-masalah yang sedang mereka hadapi sangatlah besar, jadi mereka hanya terfokus pada masalah itu, bagaimana cara untuk memperbaiki kondisi di kerajaan. Bagi mereka ada hal yang lebih besar untuk mereka lakukan daripada sekedar mengungkapkan isi hati mereka berdua. Toh, di sela-sela episode, mereka berdua sudah merasakan  dan mengetahui bahwa sikap satu sama lain yang saling menyemangati adalah wujud dari perasaan hati terdalam. Di film ini, aku merasakan kekuatan cinta yang luar biasa. Cinta dari berbagai sudut pandang. Salah satunya ya cinta terhadap lawan jenis. Dan orang yang seperti Panglima Min Jung Ho, dalam kehidupan nyata sudah langka. Jarang sekali kutemui orang yang seperti Min Jung Ho. J

 

Ada kalimat Min Jung Ho yang membuktikan betapa besar perasaannya kepada Jang-Geum. Ketika mereka berdua dipenjara karena dijebak oleh musuhnya. Jang-Geum merasa bersalah, karenanya Min Jung Ho pun harus ikut dipenjara dan jabatannya sebagai Panglima pun dipertaruhkan. Gini nih yang Min Jung Ho katakan: “Bagiku, dengan bisa membantumu dan melindungimu adalah suatu kebahagiaan tersendiri. Aku berada di sampingmu seperti ini meski harus dipenjara, tak masalah. Asal bisa membantumu untuk memperbaiki kondisi di istana.”

 

Bagiku, bukan sebuah kebetulan aku mengikuti film JITP. Ditambah lagi kondisiku sekarang sama seperti Jang-Geum. Berusaha untuk memperbaiki kondisi dan keadaan di Kerajaan Sweetlord. Menata kembali segalanya pada tempat yang seharusnya menurut syari’ah. Film JITP ini, terutama tokoh yang bernama Jang-Geum, sangat menginspirasi untuk tetap melangkah dan membentangkan layar agar bahtera untuk menyelamatkan kerajaan ini tidak karam. Bukan sebuah kebetulan juga ketika aku harus dipertemukan dengan orang-orang yang kontra, rekan-rekan yang membantu dan bisa diajak kerjasama, serta bisa mengenal sang pencitra. Ini semua merupakan konspirasi semesta yang telah diatur dan dirancang sedemikian rupa oleh Allah Subhaanahu wa Ta’ala.

 

Lantas, dimanakah sosok Panglima Muda Min Jung Ho? Siapakah yang Allah takdirkan untuk memerankan Min Jung Ho dalam hidupku? Segigih apa pun Jang-Geum, jika hanya seorang diri tanpa Min Jung Ho, Jang-Geum tak akan bisa berbuat banyak. Sama halnya sebuah bahtera. Sekokoh apa pun bahtera itu, jika tak ada yang menahkodainya, bahtera itu cepat atau lambat akan karam juga. Setidaknya ada orang yang bersedia menambal Bahtera yang mungkin mulai bocor karena dihempas oleh ombak di lautan, atau sekedar membuang air laut yang masuk di antara celah-celah Bahtera yang mulai lekang.

 

Rasanya bahagia sangat menjadi seorang Jang-Geum. Perjuangannya didampingi oleh Min Jung Ho. Hah! Lagi-lagi itu hanya sekedar drama yang kisahnya begitu sempurna. Aku tak boleh terjebak dalam alur drama. Karena ada drama yang lebih besar yang harus kuhadapi dan kulakoni: KEHIDUPAN NYATA. Ehtapi, bukankah Allah Subhaanahu wa Ta’ala merupakan sebaik-baiknya Sutradara. Tiada yang dapat menyaingi-NYA. Aku masih sangat yakin bahwa kehidupanku hingga detik ini merupakan SKENARIO TERINDAH dari ALLAH. Ini semua adalah rencana Allah. Allah selalu membimbing dan mendidikku untuk menjalani skenario-Nya. Allaahu a’lam bishshawwab.

 

Ost. Jewel in The Palace: ONARA (DATANGLAH!)

Onara onara aju ona

(Datanglah datanglah selamanya)

Ganara ganara aju gana

(pergilah pergilah selamanya)

Nanari naryodo motnonani

(aku terbang, namun meskipun terbang, aku tidak menikmatinya)

Aniri aniri aninone

(tidak, meskipun aku tidak menikmatinya, aku menyukainya)

Ojido mothana daryogana

(meski ku tak mampu melakukannya, bawalah aku serta)

******

sudah tau hidup ini dinamis, tapi masih tetap saja sibuk mencari pola yang pasti.yang jelas, yang tetap setia pada koordinatnya hanya bintang polar, itu yang sudah pasti sejak jaman nabi adam. sudah tau masa depan itu ghaib, tapi masih tetap saja terobsesi mencari jawaban yang nyata. Terimakasih Maret, telah menjadi perantara. Banyak keajaiban yang kudapatkan dari Allah melalui Maret. Duhai April, tolong antarkan Mei untukku. ingin segera berjumpa dengan mama dan ayah. Setahun, selat memisahkan kami. Mei, serangkaian agenda bersama mereka telah kubuat.  Hey Juni! engkau siap menjadi saksi janji suci dari perjalanan cinta yang telah dirajut selama 5 tahun. Dan Juli, waktunya masuk ruang vakum udara (duniawi). Semoga keluar dari situ bisa mendapatkan jawaban dan penjelasan dari Sang Pencipta. tuhkan! terobsesi banget untuk menemukan jawabannya 😀 Bukan itu sih, sebenarnya sudah sangat merindukan aroma ruang vakum itu. Manusia hanya berencana, toh tombol mana yang akan ditekan adalah kehendak Allaah Subhaanahu wa Ta’ala. YES/ NO/ CANCEL.

(Zindegi – 142013 – Konstalasi Orion)

Have A Wonderful Wednesday!

Rabu dini hari. Sepertinya Rabu memang jadwalku menulis. Baik untuk di blog, buletin, atau sekedar di kertas selembar. Ada yang berbeda pada Rabu di minggu akhir bulan Maret. Serangkaian k e b e t u l a n yang telah Allah rencanakan, bersua kembali dalam hidupku. Semua berawal dari seorang sahabatku, sekaligus salah satu dari pengabulan doaku sejak SMP. Nisa, namanya. Kami acapkali berjodoh, meski pun jarang bertemu. sangat jarang bahkan. Nisa, Teh Lisa, Teh Agan, dan sahabatku yang lainnya merupakan pengabulan doaku dari Allah Ta’ala. Aku telah dikumpulkan dengan orang-orang yang mencintai-NYA dan kecintaan mereka melebihi kecintaanku kepada-NYA. yang selalu mengingatkan dalam hal keimanan ketika salah satu sedang goyah benteng pertahanannya. Sedari dulu aku sangat mendambakan sahabat-sahabat yang bisa berjuang bersama dalam berkhidmat untuk agama, tak hanya dunia.

 

Rabu kali ini juga merupakan awal untuk kembali bersemedi. Ingin meminta wangsit dari Allah Ta’ala. Semua akses komunikasi sementara divakumkan. Awal minggu ini kembali didera oleh Androphobia yang lumayan membuat sistem tubuhku jadi sporadis. Syoknya masih terasa hingga sekarang. Masih belum bisa berpikir dengan benar. Bahkan efek baru muncul. Dua hari aku tidak merasa lapar, padahal hanya segelas susu dan beberapa gelas air putih yang diterima oleh tubuh. Beginilah ketika Androphobiaku kambuh secara tak terkendali. Aku benar-benar lupa cara mengendalikannya. Biasanya setelah shalat dua rakaat dan baca Al-quran langsung normal kembali. Akan tetapi kali ini aku harus benar-benar menjauhi dulu sumber yang menyebabkan Androphobia kambuh.

 

Rabu kali ini juga bukan rabu yang biasa. Karena Rembulan berada dalam fase purnama. fase yang sedari dulu sangat kusukai. Setiap melihat rembulan pada fase ini, selalu mengingatkanku dengan mimpi setahun silam yang selalu muncul secara berkala. Pun juga rembulan pada fase ini mungkin sangat disukai oleh Sang Pencitra. Karena terangnya sinar rembulan memantulkan siluet masa lalunya.

 

Rabu kali ini pun Senja kembali menyapaku, meski kali ini kondisinya sudah sangat berbeda. Senja sudah memantapkan jalan hidupnya untuk tak bergabung dalam lembaran pada buku yang sama denganku. Ah! itu sudah tak pernah lagi menjadi urusanku. Tugasku sudah selesai untuk menjelaskan apa yang harus kusampaikan. Aku juga terus berupaya dalam setiap doa.

 

Rabu kali ini pun adalah rabu terlucu. Betapa aku terjebak dalam sebuah obrolan yang serius.Mengapa aku harus bertanya seperti itu? Yasudahlah. Toh semua tak ada yang kebetulan. Allah Ta’ala sudah mengaturnya sedemikian rupa. Untuk yang kesekian kalinya prinsip hidupku diuji kembali. Ujian ini muncul di saat serangkaian cara sedang disusun, agar mimpiku tentang tanah kelahiran mamaku tak jadi nyata. Memang sebuah keharusan bahwa setiap prinsip hidup itu harus diuji, seberapa sabar dan istiqamah dalam menjalani prinsip tersebut. Lembah keambiguan membuat si pencerita hanya mampu beretorika. Sedang sang pencitra bukan pencerita yang baik. Hingga si pencerita terjebak (kembali) dalam zona abu-abu. Sesungguhnya bukan karena sang pencitra yang tidak bisa bercerita. Namun semua karena isyarat-Nya yang telah dikantongi oleh si pencerita setahun silam kala berada dalam ruang vakum duniawi.

kokoliqo

Kondisi (terancam) seperti ini bisa membuat benteng pertahanan secara otomatis kembali menutup. Gembok-gembok yang sempat terbuka, kini mulai mengunci kembali.Bahkan lebih rapat dari yang sebelumnya. si pencerita tak kuasa akan dirinya sendiri. Allah yang Maha Pemilik Hati dan Nyawanya saja yang mampu membolak-balikan keadaan ini.

 

*********

tak mengapa Senja berlalu dari diriku
tak mengapa sang awan terus memayungi sang alam
karena memang… Embun bukan untuk bumi ketika pagi
namun… untuk sang Bulan yang ada di atas sana

Kehidupan ini akan terus merangkak perlahan
berjalan apa adanya
tanpa pernah terputus sedetik pun
karena itu…nikmatilah hidup ini, Bumi
dengan sejuta karya Sang Pencipta yang indah dan mempesona

Aku berjalan ke barat.. matahari mengikutiku di belakang
Ku ikuti bayang-bayangku sendiri yang memanjang di depan
Pernah terpikir apakah aku atau matahari yang menciptakan bayang-bayang?
Tak peduli aku atau matahari kah yang harus berjalan di depan. Namun barat adalah arah pasti. dan bayang-bayang menunjukkan arah hingga pada kesimpulan.

Karena hidup bagaikan teka teki, dan takdir pun telah dimulai. Bagai sebilah mata pisau yang dua sisinya sangat tajam. matanya yang kadang redup tapi tiba-tiba hidup. dan mampu mengiris segalanya. Aku hanya segumpal daging merah. dan sedikit darah. Ingin ku tatap segalanya yang penuh dengan isyarat-isyarat dari-Nya. yang timbul dan tenggelam di sela-sela gema dan larik-larik kehidupan.

Perjalanan dan pergerakan Bumi…
Seluruh hidup sepertinya berlangsung dalam sebuah kotak
Sudah berotasi dan berevolusi kemana sajakah Bumi?
Apa yang telah Bumi lakukan…
Lalu siapakah yang meletakkan kotak ini disini? mengurung Bumi di alam bebas atau kah kotak tersebut mampu memberikan kebebasan bagi  Bumi?
Pertanyaan retoris itu terungkap lirih diantara gerak bisu
Lengkap sudah semua yang telah DIA hadirkan dan takdirkan
Tinggal blog inilah yang tersisa, kawan!

Aku ingin ikhlas dan belajar menerima apa adanya, tapi kata yang kurangkai ternyata salah.
Benarkah engkau yang di ujung sana?
Semesta diam tak ada yang mampu terucap
Dan tak ada satu pun pertanyaanku yang bisa terjawab
Hingga shubuh menjelang

*******

Dan aku berkeinginan mencapai tiada yang lain, hanya Yang MAHA TINGGI. ~Hibatunnaeem

Zindegi – Musafir Kehidupan – Konstalasi Orion

Rabu, 2.30 am 27 Maret 2013

Senja Tak Selamanya Jingga

sepanjang malam itu
ku menunggumu seperti tahun lalu
di tempat yang sama dan ternyata kau di sana
namun tak sendiri tapi tak denganku
ku terlukakau acuhkan aku
di saat diri
berharap masih kau seperti yang dulu

(KLBK by Yovie Nuno)

 
Saat ini mentari tengah hilang dalam kelamnya malam. Biasanya kehidupan seakan hilang tertutup oleh hitamnya cahaya dibalik bintang. Aku disini tetap menanti munculnya terang di pagi buta, kala ayam jago masih terlelap. Dahulu, aku berpikir bahwa dunia ini hanya cukup satu bulan untuk menerangi malam atau satu mentari sebagai cahaya siang, hingga nanti aku bisa melihat jalan yang akan kulalui, kutempuh, dan menjaga langkah ini agar tak salah tapak. Namun ketika mentari mulai terbenam serta bulan hilang di balik cahaya mentari, aku yakin cahaya hidupku tak hanya ini, cahayaku harus kucari agar tetap terang menyertai gelak dan kesahku, bermain dalam imaji dangkal yang bisa pupus akan satu cahaya yang kadang tak menyertai hari ini.
 
 
 
Kebingungan acap kali terasa, ketika mentari ada, Aku amat merindukan bulan. Dan ketika gelapku kembali, hidup ini seakan berakhir seiring terbenamnya mentari dalam senja yang musnah saat ku melihat kemuningnya disudut hari. Aku disini tetap menanti, hingga nanti siap mencari dan memantapkan hati.
 
 
 
Ohya, Ini entah tulisan kesekian kalinya tertuju untuk Senja.  Sudah lama rasanya tak menulis untuk Senja. Aku pun tak menyapanya. Karena tak ingin kecewakan hati jika salamku tak terbalas. Tak ingin membuat tanganku bolak-balik memeriksa layar hanya ingin memastikan bahwa Senja tak lagi diam. Tapi percuma saja. Senja tetap diam menyambut kelamnya malam. Itu yang sangat kuhindari. Akan tetapi, entah mengapa pagi buta ini rasanya aku ingin menyapa Senja. Semoga saja ketika petang tiba, Senja membacanya. Aku yakin itu. (PEDE jreng sekaleh yah dirikuh inih. fu fu fu fu fu 🙂 😀 )
 
 
 
Senja, apa kabar kau di sana? Masih ingatkah denganku? Yap. aku yang sempat singgah dalam kehidupanmu, menggoreskan cerita. Aku teringat obrolan renyahmu, aku teringat dengan celetukanmu yang menginspirasi masa remajaku, aku teringat dengan ulah-ulah kecil yang kamu ciptakan. Apalagi dengan kekonyolan yang sering kamu timbulkan. Sederhana namun indah. Terkenang 🙂
 
 coba buat cover tulisan karya temanku si chichi “Surat Untuk Pangeran Cahaya” 
 
Saat itu, aku dapat merasakan kebahagiaan menjadi remaja yang normal (baca: jatuh cinta). Merasakan dinamika anak remaja. Semua bercampur jadi satu. Otakku sudah tak mampu mengingat kenangan-kenangan kita. Aku baru sadar, ternyata itu hanya cerita sesaat. Sudah tak ada lagi KITA kala petang tiba.
 

Senja, tak banyak harapanku untukmu. Aku tak mau lagi menyakiti diri sendiri karena telah mengharapkanmu, seseorang yang tak akan mungkin berada di sampingmu. Meski acapkali Senja muncul di alam bawah sadarku. Penuh isyarat. Aku tak tau pasti apakah itu hanya sekedar obsesiku semata ataukah Allaah Ta’ala punya kabar suka untuk kemajuan ruhanimu dan keluargamu di masa mendatang? Aku tahu itu walau tak ada yang tak mungkin disini. Namun rasa yang mewarnai benda kecil dalam rongga dada itu sudah (kupaksakan) (meng)hilang. Keadaanku akan lebih baik jika seperti ini. Sepertinya.

 
Aku bersyukur Allah Ta’ala telah menakdirkan kita untuk saling mengenal. Membuat kita saling mengenal walau hanya sesaat, tahun ini genap enam -entah berapa kali panen jagung.Aku tetap yakin bahwa tak ada sesuatu yang sia-sia, sekecil apapun hal itu. Aku yakin, Allah Ta’ala mengenalkan kita bukan tanpa alasan. Berbahagialah bersamanya yang sedang dalam pencarianmu, dan aku akan menggoreskan lukisan dan tulisan baru dalam kehidupanku. Ehya, aku juga suka sekali dengan cuplikan kalimat dalam novel perahu kertas yang kubaca pada tahun 2009:
 
Dan embun tak perlu warna untuk membuat daun jatuh cinta padanya:) 😀
 
Begitupun Senja. Senja tak perlu jingga untuk membuat Bumi jatuh cinta padanya. Dan, Senja fenomena sederhana, namun penuh makna. (LV)
 

Redup jiwaku kala Senja menghilang

entah apa yang terlukis dalam lembar kehidupan

semua tak nampak indah di pelupuk mata

tali yang dulu pernah coba diikat

kini mulai tak merekat

iringi perasaan yang tumbuh dan hilang perlahan

Namun…
ukiran namamu masih terpatri indah di memori dan sujudku

raut wajahmu masih menguasai alam bawah sadarku
Haruskah ku buang memori

antara kita yang pernah terjadi

Yang tak mungkin lagi kita paksakaan perbedaan ini…
Aku hanya mampu mengenangmu di sudut ruang masa lalu

Kurasa kau tau, sesungguhnya disini aku masih menantimu

dengan sejuta Impian yang ingin ku bangun bersamamu

Dalam satu bahtera yang sama denganku

(Gubahan karya: Resti nurhayati)

 
 
Ya Allah ampunilah kesalahan, kebodohan dan keterlaluanku dalam segala urusan, dan ampuni pula segala dosa yang Engkau lebih mengetahui daripada aku.
(HR Muslim)
 
 
Tertanda: Zindegi – Di Konstalasi Orion – 03.15 am
 
 
 

In Between

Aku menjadi cenderung padamu karena dua hal

Pertama, karena aku perempuan

Kedua, karena kau lelaki

Kemudian aku jatuh hati, karena kau berlaku selayaknya laki-laki

Semata-mata dengan begitu, aku tergerak menjadi sebenar-benarnya perempuan

Aku menjadi yakin padamu karena kau ragu pada dirimu sendiri

Laki-laki yang layak dipilih adalah yang selalu khawatir tidak layak jadi pilihan

Perempuan yang baik adalah perempuan yang sulit dimengerti

Karena penjagaan dirinya begitu rapih

Aku ceritakan sedikit.

Kau harus mencari tahu lebih banyak.

Kau bingung? Jangan sedih.

Bahkan perempuan seringkali gagal memahami dirinya sendiri

Dari sekian banyak laki-laki, kenapa aku harus memilihmu?

Karena … (aku tak pernah terlalu yakin dengan jawabanku sendiri)

Perempuan menjadi mudah meragu

Karena senang memperhatikan hal-hal kecil

Mengapa laki-lak bisa tampak begitu yakin?

Karena laki-laki lebih sedikit berpikir tentang kemungkinan

**

Perempuan dipilih karena pertimbangan masa lalunya

Laki-laki dipilih karena pertimbangan masa depannya

Hal ini tidak sepenuhnya benar

Karakter seseorang dibentuk dari masa lalunya

Membangun peradaban berdimensi masa depan

Laki-laki mesti berkarakter

Perempuan faktor kunci masa depan

Bagaimana mungkin keduanya dipisahkan?

Perempuan menyenangi lelaki yang mirip ayahnya

Laki-laki menyenangi perempuan yang mirip ibunya

Pastikan keduanya potensial menjadi ayah dan ibu yang baik

Don’t marry a man unless you would be proud to have a son exactly like him.

Marry a woman if you’re sure enough she would make your child says, “I have a great mom.”

**

Hanya perempuan yang boleh menjadi penyebab dari krisis

Laki-laki harus selalu stabil

Perempuan mudah memaafkan

Laki-laki mudah berbuat salah

Karena bagi perempuan, segala sesuatu bisa jadi masalah

Untuk keluar dari krisis

Laki-laki harus lebih berinisiatif

Perempuan menolak lupa pada luka

Laki-laki harus selalu bertanya pada perempuannya, “maumu apa?”

Walaupun pada akhirnya perempuan akan menjawab, “terserah padamu saja.”

Perempuan senang digombali

Meski tahu banyak bohongnya

Fakta bahwa pada dasarnya perempuan bersifat manja adalah kesenangan lelaki

Meski tahu banyak menyusahkannya pasti

Seandainya seorang lelaki harus memilih satu dari dua pilihan :

ketenangan tanpa perempuan atau kesusahan bersama perempuan,

niscaya dia akan rela menerima kesusahan asal bersama perempuan.

(Sabda Rasulullah)

**

Kemampuan laki-laki mendengar lama-kelamaan akan berkurang

Karena terbiasa menghadapi perempuan yang sulit dihentikan saat bicara

Secara sadar perempuan akan menumpulkan kepekaannya

Terbiasa berhadapan dengan laki-laki yang selalu menganggap semuanya baik-baik saja

Meski lelakinya selalu mengagumi setiap hari

Perempuan selalu merasa dirinya tidak cantik

Setidaknya insecure dengan kehadiran perempuan yang lebih cantik

Meski perempuannya selalu menyusahkan setiap hari

Laki-laki selalu merasa dirinya mengecewakan

Setidaknya berpikir perempuannya bisa saja mendapat lelaki yang lebih baik

Diantara semua relasi dunia yang seringkali membuat frustrasi

Orang bilang relasi emotional yang melawan mainstream ini adalah home based

Menuliskan relasi antara keduanya seperti tidak pernah selesai

Relasi paling jauh dan paling luas yang terjadi diantara dua anak manusia

The definition of beautiful woman is a man who loves her.

 

by Destara Sati

(http://superzupper.tumblr.com/post/38556405787/in-between)